Masjid Berusia 6 Abad di Maluku Tengah Ini Konon Pindah 'Gaib' dalam Semalam
Masjid Tua Wapauwe/Wikipedia
Maluku Tengah - Sebuah bangunan masjid berusia lebih dari enam abad di Maluku Tengah menyimpan kisah mistis yang turun-temurun dipercaya masyarakat. Masjid Tua Wapauwe, yang berdiri kokoh sejak 1414 Masehi, konon disebut-sebut pernah berpindah tempat secara gaib hanya dalam waktu satu malam.
Kisah ini bukan sekadar dongeng pengantar tidur, melainkan bagian dari keyakinan masyarakat adat setempat yang melekat erat dengan sejarah penyebaran Islam di kawasan Timur Indonesia. Masjid yang terletak di Negeri Kaitetu, Kecamatan Leihitu, ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang agama Islam dan teguhnya iman ditengah terpaan kolonialisme.
Lantas, seperti apa cerita lengkap dan fakta dibalik misteri perpindahan masjid tua ini? Simak ulasan lengkapnya berikut ini, seperti dirangkum dari berbagai sumber termasuk laman Kemendikbud dan arsip cagar budaya.
Dongeng Gaib yang Melegenda
Dikutip dari berbagai catatan sejarah lokal dan penuturan masyarakat, Masjid Wapauwe tidak selalu berada dilokasinya yang sekarang. Awalnya, masjid ini bernama Masjid Wawane dan berdiri di lereng Gunung Wawane.
Perpindahan pertama terjadi pada 1614, saat masyarakat membongkar dan memindahkan bangunan masjid ke sebuah bukit bernama Tehala untuk menghindari konflik dengan VOC Belanda yang ingin menguasai perdagangan rempah-rempah.
Di bukit yang baru ini, masjid kemudian dinamai Wapauwe, yang artinya "masjid dibawah pohon mangga", karena banyaknya pohon mangga hutan (wapa) yang tumbuh disekitarnya.
Namun, titik misteri terjadi pada 1664. Kala itu, Belanda memaksa penduduk untuk turun dari pegunungan dan menetap di pesisir. Kelima negeri di pegunungan pun bersatu menjadi Negeri Kaitetu.
Disinilah legenda gaib itu hidup. Masyarakat setempat meyakini dengan kuat bahwa Masjid Wapauwe berpindah dari Bukit Tehala ke pemukiman mereka di Kaitetu bukan dengan dibongkar dan dipindahkan secara manual oleh manusia.
"Masyarakat setempat memiliki kepercayaan turun-temurun bahwa masjid ini berpindah secara gaib dalam satu malam dari Bukit Tehala ke pemukiman penduduk di Kaitetu," seperti tercatat dalam dokumen sejarah setempat.
Keyakinan ini begitu mengakar dan menjadi bagian dari identitas budaya yang dijaga hingga kini. Perpindahan secara mistis itu dianggap sebagai suatu "keajaiban" yang menunjukkan kesucian tempat ibadah tersebut.
Fakta Arsitektur yang Tak Kalah Menarik
Terlepas dari kisah gaibnya, keunikan Masjid Wapauwe juga terletak pada arsitekturnya yang otentik dan masih terjaga hingga sekarang. Bangunan utama masjid berukuran 10 x 10 meter ini dibangun dengan material alam tanpa menggunakan paku besi sama sekali.
Seluruh konstruksinya memanfaatkan sistem pasak kayu yang menunjukkan kearifan lokal dan keahlian teknik bangunan yang tinggi pada masa itu. Dindingnya terbuat dari pelepah sagu kering (gaba-gaba), sementara atapnya bersusun dari daun rumbia.
Yang membuatnya semakin istimewa, meski telah berulang kali mengalami pemugaran untuk menjaga keawetannya, bentuk asli dan material utama masjid tetap dipertahankan. Keasliannya menjadikan Masjid Wapauwe sebagai salah satu cagar budaya nasional yang dilindungi pemerintah.
Peninggalan Sejarah yang Tak Ternilai
Selain bangunannya, Masjid Wapauwe juga menyimpan harta karun sejarah yang tak ternilai harganya. Didalamnya, tersimpan Mushaf Al-Qur'an tulisan tangan yang diperkirakan dibuat pada tahun 1550 dan 1590 Masehi.
Mushaf yang ditulis oleh Imam Muhammad Arikulapessy dan cucunya, Nur Cahya, ini diyakini sebagai salah satu mushaf Al-Qur'an tulisan tangan tertua di Indonesia. Keberadaannya menjadi bukti nyata keberadaan dan perkembangan komunitas Muslim yang mapan di Maluku pada abad ke-15.
Tidak hanya Al-Qur'an, masjid ini juga menyimpan kitab Barzanzi, naskah khutbah Jumat dari tahun 1661, serta kalender Islam kuno dari tahun 1407 M. Semua peninggalan ini masih terawat dengan baik dan dijaga oleh keturunan imam masjid.
Simbol Kerukunan yang Abadi
Keberadaan Masjid Tua Wapauwe kini tidak hanya menjadi kebanggaan umat Islam, tetapi juga seluruh masyarakat Kaitetu. Yang menarik, pemeliharaan masjid bersejarah ini dilakukan secara gotong royong oleh penduduk yang beragama Islam dan Kristen.
Fenomena ini menjadi contoh nyata toleransi dan kerukunan hidup beragama yang langka dan patut diacungi jempol. Masjid Wapauwe telah menjelma menjadi simbol persatuan yang melampaui batas-batas keyakinan.
Kisah perpindahan Masjid Tua Wapauwe, baik yang diceritakan secara historis maupun melalui legenda gaib, sama-sama mengarah pada satu pesan: kekuatan keyakinan dan nilai-nilai spiritualitas yang dalam. Terlepas dari benar atau tidaknya cerita mistis tersebut, yang tak terbantahkan adalah keteguhan bangunan ini sebagai monumen hidup sejarah Islam Nusantara.
Masjid ini tidak sekadar menjadi tempat ibadah, tetapi juga pengingat akan jejak panjang peradaban, ketangguhan masyarakat, dan indahnya kerukunan di tanah Maluku. Sebuah warisan yang pantas untuk terus dilestarikan.***
Posting Komentar untuk "Masjid Berusia 6 Abad di Maluku Tengah Ini Konon Pindah 'Gaib' dalam Semalam"